RAMADHAN SAAT MASA KECIL


  
Apa sih yang paling dinanti saat Ramadhan? ketika melihat anak dan keponakan giat mencari takjil gratisan, maupun saling menyombongkan puasanya ke sesama teman saat bermain bersama, membuat saya jadi mengingat-ingat kenangan Ramadhan saat saya kecil dulu.

Yang paling saya ingat mengenai Ramadhan di masa kecil adalah, adanya buku laporan amalan Ramadhan dari guru agama yang harus dilaporkan setiap hari. Buku itu berisikan laporan mengenai jumlah dan waktu sholat wajib yang dikerjakan, sholat tarawih yang diikuti beserta tanda tangan dari imam tempat kami terawih.

Yang terjadi adalah, setiap selesai terawih kami para anak kecil buru-buru mengantri dan berebut tanda tangan dari sang imam, dan ketika ditawarkan tanda tangan oleh salah satu ustad yang biasa bergantian menjadi imam sholat di masjid dekat rumah tersebut, kami semua sepakat menolak karena beranggapan itu adalah suatu kebohongan dan rela mengantri saja demi mendapatkan tanda tangan yang shahih di mata kami.

Kami pun jadi gemar membanding-bandingkan jumlah tanda tangan yang kami dapatkan karena artinya jumlah sholat terawih yang kami ikuti akan semakin banyak.

Hal yang paling saya nantikan adalah, adanya takjil beraneka rupa di rumah. Meskipun ibu saya bukanlah ibu rumah tangga 100% karena juga berprofesi sebagai guru, tapi beliau selalu memastikan saat berbuka puasa, semua makanan lengkap dengan takjil dan berbagai pilihan minuman hangat maupun dingin tersaji di meja makan.
Bagi saya yang masih anak kecil saat itu, Ramadhan adalah saat dimana saya bisa merasakan berbagai makanan "mewah" seperti es blewah, es campur, sirup marjan, pisang goreng, kolak, bahkan lauk olahan ayam yang tidak setiap hari kami nikmati akan tersaji bergantian di meja makan menjelang berbuka.

Tradisi membangunkan sahur juga masih kental, kami anak kecil akan giat sekali berkumpul dan berkeliling membangunkan sahur penduduk kompleks perumahan tempat kami tinggal dengan membunyikan "alat musik" dadakan hasil kreatifitas dari botol minuman dan tutup panci. Sesuatu yang tidak lagi saya rasakan ketika tumbuh dewasa dan membina rumah tangga sendiri karena sekarang lebih mengandalkan pada alarm jam dan smartphone.

Hal lainnya yang identik dengan Ramadhan adalah adanya pesantren kilat di sekolah.
Selama 2 hari 1 malam, kami merasakan bagaimana menginap di sekolah dan mendalami ilmu agama layaknya di pondok pesantren. Seru, karena di saat ini, kami semua harus berpakaian muslim layaknya anak-anak pondokan yang pada masa itu berbusana muslim belum menjadi suatu hal yang wajib ataupun menjadi tren. Dan saat pertama kalinya mengikuti kegiatan ini, saya merasakan suasana berbeda dengan teman-teman sekelas karena harus jauh dari rumah. Sehingga pada waktunya jam tidur pun, kami masih cekikikan bercerita sampai harus ditegur berkali-kali oleh guru jaga supaya kami mau tidur.

Perubahan jaman memang akan berpengaruh pada perubahan kebiasaan. Jika saat ini saya merasakan semangat di bulan Ramadhan berbeda dengan masa kecil dahulu, mungkin perbedaanya lebih terletak pada tingkat kedewasaan dan pergeseran kebiasaan.

Tetapi diluar itu, Ramadhan selalu seru dengan segala ceritanya. Akan selalu menjadi bulan yang dirindukan karena hanya di bulan ini saya bisa merasakan suasana Islami, meskipun sekarang saya tinggal di daerah dengan muslim sebagai minoritas, tetapi tayangan televisi dan kajian-kajian Ramadhan yang semarak di bulan ini, memberikan semangat yang berbeda untuk menimba amalan sebanyak-banyaknya.

0 Comments:

Post a Comment