Perjalanan MengASIhi Yang Penuh Liku



Semua orang pastinya tahu bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi bayi yang baru mengecap kehidupan dunia.
Sehingga tidak seharusnya orangtua merasa terbebani oleh biaya hidup bayinya karena Tuhan sudah mengkaruniai setiap ibu dengan ASI untuk bayinya.
Tetapi sayangnya hanya sedikit orangtua yang mengetahui bahwa tidak semua orangtua bisa gampang mengASIhi.
Pada saat anak pertama, sebelum melahirkan, ASI saya sudah menetes sehingga saya berfikir nantinya akan mudah dalam memberikan ASI. Walaupun pada kenyataannya, saya harus ikhlas anak full sufor karena air susu tidak bisa keluar sejak saya tanpa diduga mengalami eklampsia dan harus dirawat terpisah RS dari anak saya yang juga harus menginap di RS lain karena keracunan ketuban plus BB lahir rendah.
 

Dan saat anak kedua, saya pun mengira bahwa ASI akan mudah keluar. Toh, saat anak pertama ASI saya sudah sempat keluar dan berhentinya karena pengaruh obat, lama tidak menyusui, serta psikis saya saat itu yang benar-benar down. 

 

Kenyataannya, seminggu setelah melahirkan anak kedua, ASI saya masih tidak keluar. Saya panik. Karena saya ingin anak kedua saya merasakan khasiat ASI. Apalagi kolostrum, tetes ASI yang pertama keluar kaya akan antibodi berguna bagi tubuh bayi.
Selama 3 hari pertama, saya berusaha memerah ASI serta melakukan pijat payudara mandiri untuk memancingnya keluar. Tetapi setetes pun tidak nampak. Akhirnya di hari ketiga, bayi saya minum sufor. 
Sedih, Suami pun ikut pasrah. 
Tetapi saya masih keukeuh dan terus memompa ASI setiap ada kesempatan. Dapat seberapapun saya berikan ke bayi saya. Segala macam booster ASI saya pernah coba. Dari yang obat dokter sampai ke herbal. Hasilnya? Sekali pompa ASI yang terkumpul paling banyak hanya 20ml saja kanan dan kiri.

Konsumsi bermacam booster dan hasil perah ASI


Melihat hasil pompa yang maksimal cuma 20ml memang membuat saya bersedih. Tetapi saya berprinsip, seberapapun dapatnya, yang penting anak saya bisa merasakan ASI. Meskipun sedikit toh tidak ada ruginya kalau saya berikan ASI ke si kecil.

 

Apalagi saat kunjungan ke DSA dan diwanti-wanti untuk banyak memberi ASI karena si bayi terlihat kuning di 1 minggu pertama hidupnya. Syukurnya sih, tidak sampai harus menginap untuk disinar. 

 

Gara-gara konsumsi sufor dan asip ini, bayi saya tidak mau menghisap ASI langsung dari saya. Menangis histeris setiap kali saya sodori payudara. Padahal, teorinya semakin sering bayi minum ASI secara langsung, semakin ASI akan berproduksi. 
Makin nambah deh stress saya.
Udah hasil pompa ASI nya dikit, bayi menolak minum langsung dari saya.
 
Akhirnya setelah imunisasi di usia 1 bulan, saya dan suami bertekad untuk menyapih dot dan harus berhasil relaktasi (membuat bayi mau dbf = direct breast feeding). 
Cara sapih dot ini pun hasil dari saya mencari informasi di forum-forum ASI dan praktisi laktasi.
 
Sukses? 
 
Setelah harus melewati drama selama 3 hari gara-gara gak tega lihat bayi nangis kejer dan histeris karena harus lepas dot, cuma boleh minum pake sendok dan pipet, serta saat dihadapkan dengan payudara ibunya, saya sudah hampir putus asa. 
Suami yang menyemangati, "Ayo, kan kamu yang paling semangat di awal mau dbf. Sabar sebentar lagi ya, nanti pasti mau kok si Adek nenen langsung" 
Akhirnya sambil menangis di hari ketiga saya terus bisikin si bayi "Dek, ayo bantu ibu ya, mimik ASI supaya badan adek sehat, kuat seperti ayah.. Supaya bisa nemenin ibu dan ayah sampai tua.."
 

Alhamdulillah keesokan harinya pas hari ke-4 Si Adek mau menyusu langsung. Qadarullah, hanya mau di satu payudara saja. Itu pun sudah membuat saya menangis terharu banget. Karena sebelumnya saya kepikiran kalau sampai saat suami harus berangkat kerja keluar kota bayi saya masih belum berhasil relaktasi, entah apa saya masih bisa sabar terus menyapih dot dan mendengat jerit histeris nya Si Adek saat disodorin ASI. 

 

Alhamdulillah setelah ditelatenin, sampai saat usia Si Adek sekarang 4 bulan, dia sudah mau minum ASI dari kedua payudara. Meskipun masih belum bisa lepas 100% dari sufor, tetapi saya bersyukur bisa memberikan ASI kepada bayi saya.

 

Cita-cita sih, bisa full ASI supaya si kecil benar-benar merasakan sejuta manfaat ASI, mulai dari kandungan proteinnya, mineral, lemak, vitamin, serta adanya faktor anti-infeksi dan zat untuk faktor pertumbuhan. 
Oh iya, selain kandungan ASI yang melebihi susu non ASI, ASI terbukti bisa dipakai untuk menyembuhkan lecet puting saat mengASIhi dan sudah saya buktikan sendiri. 
Maklum saat awal-awal bisa dbf, perlekatannya belum sempurna yang menyebabkan puting saya lecet dan sakit banget.
 

Bahkan saya pernah baca ASI juga bisa dipakai untuk mengatasi gigitan serangga, infeksi telinga dan ruam popok pada bayi. Sepertinya boleh dicoba nih saat pemakaian popok sekali pakai buat Si Adek. 

 

Saya berharap bisa seterusnya mengASIhi sampai si kecil berusia 2 tahun. Apalagi kalau sampai bisa nyetok ASI. Berguna sekali saat saya harus berangkat untuk bekerja kembali di lapangan. 

Dari pengalaman saya mengASIhi yang masih panjang ini, sekedar saran saja buat bunda-bunda yang akan dan sedang menimang buah hati. 
Bahwa untuk sukses mengASIhi, perlu dukungan /support dari keluarga terdekat dan suami. 
Kelola stress, selalu makan yang mendukung kualitas dan kuantitas ASI kita.
 

Jika ada yang belum berhasil mengASIhi dan ingin melakukan relaktasi (membuat bayi minum ASI secara langsung dari payudara kita), bisa dilakukan dengan cara mencari klinik laktasi (biasanya ada di kota-kota besar saja), atau bidan yang menjadi konselor laktasi juga, maupun mengikuti kelas laktasi-relaktasi online (info bisa didapat di sosial media). 

 

Ingat, saat memutuskan mau melakukan relaktasi, selalu minta dukungan penuh dari suami dan jauhi sementara hal-hal yang bisa menimbulkan energi negatif selama proses relaktasi ya.

 

Jadi, setuju pakai banget kan kalau saya bilang sukses mengASIhi itu tidak hanya dari sang ibu saja. Tetapi dukungan suami dan lingkungan yang positif juga mempengaruhi. 




Tapi apapun hasilnya, mau ASI, mau sufor mau ASI plus sufor, yang semua ibu harus pahami adalah hal terpenting bagi buah hati kita adalah kasih sayang kita yang tak terbatas. 
Mau pakai ASI tapi tanpa disertai kasih sayang? Dijamin deh, anak tidak akan tumbuh dengan optimal.
 

Selamat menyayangi sang buah hati tercinta. 



0 Comments:

Post a Comment